27 Mar 2011

Ulat Bulu Serang 10 Desa di Probolinggo


PROBOLINGGO- Ratusan warga diserang ribuan ulat bulu di kecamatan Leces, kabupaten Probolinggo. Warga yang tinggal disepuluh desa di kecamatan Leces tersebut merasa resah akibat ualat yang menimbulkan rasa gatal disekujur tubuh mereka, Sabtu (26/3/2011).

Akibatnya warga memilih tinggal di dalam rumah, bagi mereka rumah yang akan keluar rumah terpaksa mengunakan payung karena takut dan jijik dengan ulat yang tersebar di sekitar rumah. Warga untuk sementara mengantisipsi serangat ulat bulu tersebut dengan melumuri oli di halaman teras rumah mereka.

Tidak hanya melumuri oli, warga pun menebang pohon yang untuk mengantisipasi ulat-ulat masuk ke dalam rumah. Sepekan lalu, kupu-kupu berukuran kecil yang berubah menjadi ulat. Persistiwa tersebut pertama kalianya terjadi di kecamatan Leces.

Warga hanya bisa pasrah, berharap pemerintah dapat membantu menangani masalaha tersebut. Pasalnya banyak pohon mangga yang daunya habis di makana kawanan ulat bulu tersebut.(tht)

(Hana Purwadi/RCTI/ahm)

26 Mar 2011

Polisi Ungkap Bisnis Sulap Elpiji Bersubsidi

PROBOLINGGO -Disparitas (perbedaan) harga elpiji bersubsidi dan non-subsidi dimanfaatkan Nanang Ishak (35), warga Sumbertaman, Kota Probolinggo untuk mengeruk keuntungan. Caranya, elpiji bersubsidi disuntikkan ke tabung elpiji non-subsidi lalu dijual ke pasaran.
Langkah Nanang ini pun jelas-jelas melanggar kebijakan pemerintah atau UU Undang-Undang 22/2001 tentang Gas Bumi, sehingga merugikan negara dan konsumen. Atas dasar itu, pihak Polres Probolinggo akhirnya menggerebek kegiatan usaha itu, berikut mengamankan Nanang, untuk dijadikan tersangka.
Kapolresta Probolinggo, AKBP Agus Wijayanto,  mengatakan kasus ini terungkap karena laporan sejumlah warga yang mengaku dirugikan. ”Lumayan banyak selisih dan keutnungan yang diraup tersangka dengan memindahkan elpiji subsidi ke tabung non-subsidi. Itu melanggar UU dan merugikan masyarakat,” ujarnya, Sabtu (26/3) pagi tadi.
Saat ditangkap di rumah sekaligus toko pengecernya, Nanang masih menyimpan 30 tabung elpiji ukuran 12 Kg, dan 95 tabung elpiji ukuran 3 Kg. Semua tabung itu diamankan sebagai barang bukti. Polisi juga menemukan barang bukti lain, seperti, 4 regulator, 1 regulator modifikasi, 7 tutup regulator, 1 tang, 1 obeng, dan 3 pipa suntik.
Di sela-sela pemeriksaan, Nanang sempat memeragakan cara memindahkan gas elpiji subsidi (3 kg) ke tabung non-subsidi berukuran 12 kg dengan menggunakan regulator yang sudah dimodifikasi.
Dia pun mengaku melakukan karena tergiur dengan keuntungan yang bisa diraup. Kalkulasinya, dengan empat tabung elpiji subsidi seharga Rp 52 ribu,--asumsi Rp 13 ribu per tabung, lalu dipindah ke sebuah tabung nonsubsidi (12 kg) maka bisa dijual seharga Rp 75 ribu. Sehingga dia bisa memperoleh keuntungan dari selisih penjualan Rp 23 ribu.
Selain menggunakan regulator modifikasi, Nanang juga memeragakan, pemindahan elpiji dengan menggunakan sepotong pipa aluminium. Potongan pipa dari antena TV itu menyalurkan elpiji secara langsung.
Lebih lanjut, tersangka mengaku menekuni bisnis ’haram’ itu baru sebulan. Pihak polisi pun tak percaya begisaja saja, bahkan diduga kegiatan ’suntik menyuntik’ elpiji itu sudah berlangsung sekitar satu tahun. ”Polisi saja butuh waktu sebulan untuk mengungkapnya,” ujar Kapolresta Agus.
Kasus ini terungkap dari keluhan sejumlah warga yang membeli elpiji ke toko pengecer NI di Kel. Sumbertaman, Kec. Wonoasih, Kota Probolinggo. ”Ada warga yang kegat, mosok elpiji ukuran 12 kilogram baru dipakai lima hari sudah habis,” ujar AKBP Agus Wijayanto.
Selain menyulap elpiji, tersangka Nanang melakukan kecurangan lain. Elpiji suntikan di tabung ukuran 12 Kg tidak diisi penuh, tetapi dikurangi. ”Rata-rata kurang sebanyak 2 kilogram. Segelnya pun dipalsukan,” ujar Kasat Reskrim, AKP Agus I. Supriyanto, menimpali.
Bisa jadi elpiji ukuran 12 Kg oleh NI hanya diisi 3 Kg sehingga saat digunakan cepat habis. ”Atau saat pengisian banyak elpiji yang bocor ke udara, sehingga yang masuk ke dalam tabung tinggal sedikit,” ujar Kasat Reskrim.
Dalam penyidikan kasus ini, Nanang dijerat pasal berlapis,-- pasal 24 ayat 1 UU 5/1984 tentang Perindustrian dengan ancaman 5 tahun penjara dan denda Rp 25 juta, dan pasal 53 sub huruf 1 Undang-Undang 22/2001 tentang Gas Bumi dengan ancaman hukuman 4 tahun penjara dan denda Rp 40 miliar. isa-surabaya post

Pendaki Everest Latih Wanala Unair


Pendaki Everest Latih Wanala Unair

 
KabarIndonesia - Pendaki senior Indonesia, Ripto Mulyono berlatih bersama tim atlet Airlangga-Semen Gresik Elbrus Expedition 2011 (ASGEE 2011) untuk mempersiapkan bekal fisik dan skill teknis dalam pendakian Mahasiswa Pecinta Alam Wanala Universitas Airlangga ke Mount Elbrus Mei nanti.

Latihan tersebut dilakukan di sekitar basecamp Pusat vulkanologi dan mitigasi bencana geologi pos pengamatan Gunung Api Bromo Cemoro lawang Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo pada 20-23 Maret 2010. Semula lokasi latihan bertempat di lautan pasir Gunung Bromo. Namun karena kondisi Bromo yang masih belum aman benar untuk didekati maka diputuskan untuk pindah.

Latihan yang memakan waktu empat hari tersebut diisi dengan beberapa materi aplikatif dan teknis yang dibutuhkan untuk pendakian gunung es seperti Elbrus. Di sana tim berlatih menggunakan peralatan yang wajib dibawa saat di medan es antara lain rope, crampon dan ice axe.

Peralatan tersebut digunakan tim ASGEE 2011 untuk latihan Teknik berjalan di medan salju dan es (ice and snow climbing), teknik penyelamatan diri ketika tergelincir di Medan Es (self arrest), teknik berjalan dalam grup (moving together) dan keamanan pergerakan (self belaying).
 
"Ripto Mulyono adalah tim ahli dan instruktur materi tim ASGEE 2011", tegas Evandra Ketua Ekspedisi ASGEE 2011.

"Jadi kami menyerahkan sepenuhnya kepada beliau untuk mengajarkan kepada kami ilmu pendakian gunung es", tandas Evandra lagi. Dengan berlatar belakang pendaki senior dan akrab di telinga para komunitas sejenis di indonesia yang telah memiliki berbagai pengalaman pendakian khususnya di gunung es, Bang Ripto yang juga anggota Mapala UI telah berulangkali "naik-turun gunung".

Prestasinya yang telah tercatat adalah  lebih dari 20 kali ke Puncak Cartenz, mencapai Puncak Aconcagua (6969 m), Puncak Ameghino (6123 m), di Pegunungan Andes, Argentina pada tahun 1993. Mencapai puncak paldor (5981 m) di Genes Himal pada april 1997 bersamaan dengan ekpedisi Everest Indonesia yang digagas oleh Kopassus.

Selain itu puncak Island Peak (6200 m) sebanyak 2 kali di Everest Region juga pernah dia capai. Kini dia bekerja sebagai mountain guide pegunungan Jaya Wijaya, Papua. Latihan bersama tim atlet ASGEE 2011 dengan Bang Ripto Mulyono juga digunakan sebagai pemonitoringan data fisik atlet pendaki.

Dari enam atlet yang dilatih antara lain Evandra (22 th),  Bagus Setiawan (23 th), Miftahul Agusta (21 th) dari Fakultas Ekonomi dan bisnis (FEB), Lestari Ningsih (22 th) Fakultas Ilmu Budaya, Yasak Fakultas Ilmu Sosial dan Politik  (20 th), Asyeb Awaludin Fakultas Sain dan Teknologi (22 th)  Bang Ripto Mulyono mengaku fisik semua atlet sudah siap untuk mendaki Elbrus.

"Pada dasarnya fisik tim sudah siap namun yang penting adalah adaptasi tubuh karena di elbrus cuaca lah yang menentukan," ungkap Ripto Mulyono. Bila persiapan dan segala hal manajerial sudah selesai dijadwalkan pada 13 Mei 2011 tim ASGEE 2011 bertolak dari Indonesia ke Rusia. Dan pada 20 Mei 2010 bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional tim pendaki sampai di dua puncak Elbrus, Western Peak (5642 mdpl) dan Eastern Peak (5621 mdpl).  (*)

Alat Sensor Bromo Raib, PVMB Kelimpungan


Headline

INILAH.COM, Lumajang - Badan Pusat Vulkanologi, Mitigasi Bencana dan Geologi (PVMBG) Bandung belum melakukan perbaikan dan mengganti dua unit sensor erupsi Bromo.

Pasalnya, petugas masih mencari alat untuk dirangkai kembali guna mengawasi aktivitas vulkanik nan eksotis di Kabupaten Probolinggo-Jawa Timur.

"Kami belum memperbaiki, soalnya alatnya belum ada," kata Kabid Gempa Bumi dan Gerakan Tanah PVMBG Bandung, Gede Suantika saat dihubungi, Rabu (23/03/2011).

Dia menambahkan, akibat sensor eruspi gunung bromo dan baterai di curi memang sangat menganggu pengamatan petugas. Kini petugas tidak bisa memantau pengembungan punggung bromo yang setiap saat bisa merubah saat meletus.

"Hilangnya alat itu memang sedikit menganggu," ujarnya.

Petugas di Pos Pengamatan Gunung Bromo di Dusun Cemoro Lawang, Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura dan PVMBG Bandung, pencurian alat sensor diperkirakan terjadi Kamis lalu. Sedangkan petugas mengetahui alat hilang pada hari Minggunya.

"Kami duga alat itu dicuri oleh pemulung atau orang tak bertanggung jawab," ungkap Gede. [beritajatim.com]

Diantre, Rusunawa Rp 25 M Molor



PROBOLINGGO - Penyelesaian proyek pembangunan dua blok Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) di Jl. Brantas, Kota Probolinggo molor. Padahal pembangunan Rusunawa berkapasitas 198 kepala keluarga (KK) yang dibiayai APBN sekitar Rp 25 miliar ini, sudah diantre 130 calon penghuni.
Kabag Pembangunan, Amin Fredy mengakui molornya penyelesaian pembangunan Rusunawa yang dimulai sejak 27 September 2010. ”Molornya penyelesaian proyek itu karena saat dimulai pekerjaan di lapangan, lahannya masih ditanami jagung,” ujarnya, Rabu (23/3) pagi tadi.
Sesuai kontrak kerja, rekanan bakal menyelesaikan pembangunan kedua blok Rusunawa itu dalam 6 bulan ke depan atau hingga 27 Maret 2010. ”Mudah-mudahan April selesai, dan Mei bisa diresmikan,” ujarnya. Gagalnya pihak kontraktor menyelesaikan pekerjaan tepat waktu ini tentunya bisa dikenakan sanksi berdasarkan PP nomor 29 tahun 2000, tentang penyelenggaraan jasa kontruksi.
Lebih lanjut, dia menambahkan, proyek Rusunawa I (paling belakang) suah selesai sekitar 99%. Namun proyek Rusunawa II yang berada di depan penyelesaiannya masih 80%. Sehingga tidak mungkin selesai sesuai kontrak kerja, akhir Maret ini.
Dua blok Rusunawa yang digarap rekanan PT Gariand Niagatama, Jakarta itu bisa menampung 198 KK. ”Dua unit di lantai dasar akan dipakai untuk penjaga Rusunawa. Selain itu lantai dasar diperuntukkan bagi penyandang cacat,” ujarnya.
Sebelumnya Kota Probolinggo sudah menerima proyek Rusunawa di Jalan Lingkar Utara (JLU). Rusunawa berkapasitas 99 KK itu sejak sekitar setahun lalu sudah dipenuhi penghuni. ”Saat ini masih ada sekitar 100 KK ’waiting list’. Mereka tidak bisa ditampung di Rusunawa di JLU,” ujar Asisten Pemerintahan, Agus Subagiono.
Beruntung kemudian Pemkot mendapat tawaran lagi, dua blok Rusunawa sekaligus di Jl. Brantas. ”Kami juga masih ditawari lagi satu blok Rusunawa pada 2012 mendatang,” ujar Amin Fredy yang mendampingi Agus. Pemkot Probolinggo pun sudah menyiapkan lahan di Kec. Kedopok untuk pembangunan Rusunawa tersebut.
Agus yang juga Ketua Tim Penyiapan Komunitas Rusunawa mengatakan, meski dua blok Rusunawa di Jl. Brantas belum selesai, sebanyak 130 KK calon penghuni sudah antre. ”Insya Allah, begitu Rusunawa selesai bisa langsung dihuni. Peresmiannya menyusul,” ujarnya.
Kementerian Permukiman dan Sarana Wilayah (Kimpraswil) memang menyarankan, lebih baik Rusunawa dipenuhi penghuni lebih dulu. ”Soalnya banyak kasus di kota-kota besar, Rusunawa yang telah diresmikan justru kosong dari hunian,” ujarnya.
Karena Jl. Brantas, lokasi proyek Rusunawa di kawasan industri, maka kalangan buruh bakal ditawari. “Khususnya buruh pabrik yang bekerja di Jalan Brantas dan sekitarnya,” ujar Agus.
Seperti diketahui, lokasi proyek Rusunawa itu diapit dua industri, PT Southern Marine (Schrum) dan PT Karya Marga. Selain itu juga dikepung sejumlah industri seperti PT Pamolite Adhesive Industry (PAI), PT Indopherine, PT Rimba Sempana, dan sejumlah industri lain. Bahkan sekitar 1,5 Km dari lokasi proyek Rusunawa terdapat pabrik tekstil PT Eratex Djaya dengan sekitar 3.000 pekerja.
Kalau Rusunawa Bestari di JLU sempat digratiskan selama setahun bagi penghuninya, tidak demikian dengan dua blok Rusunawa di Jl. Brantas. ”Kalau Rusuawa yang baru penghuni langsung dikenai retribusi sewa Rp 100 ribu per bulan, belum termasuk listrik dan air PDAM yang juga harus dibayar penghuni,” ujar Agus. isa

22 Mar 2011

Pasokan Dikurangi, Mitan Tembus Rp 10.000 Per Liter



PROBOLINGGO - Pasca digelindingkannya konversi minyak tanah (mitan) ke elpiji, harga mitan non-subsidi pun melambung. Sejumlah warga terpaksa membeli mitan dengan harga antara Rp 8.00-10.000 per liter.
”Terus terang mau pakai elpiji saya takut kalau meledak. Sekarang begitu lengo gas Rp 10.000 per liter saya seperti dipenthung, kelenger,” ujar Mardiana, pemilik warung nasi di Jl. Dr Saleh, Kota Probolinggo, Selasa (22/3) pagi tadi.
Dua kompor mitan yang digunakan untuk menghangatkan sayur-mayur dan menjerang air untuk membuat kopi dan teh setiap hari menyedot sedikitnya 2 liter mitan. ”Karena mitan mahal, untuk menanak nasi saya menggunakan kayu bakar,” ujar Yu Mar, panggilan akrab Mardiana.
Keluhan serupa diungkapkan Ny. Afna, warga Kel. Tisnonegaran, Kec. Kanigaran, Kota Probolinggo. ”Awalnya saya menggunakan lengo gas, tapi karena harganya mahal saya beralih menggunakan kayu bakar,” ujarnya.
Mahalnya mitan juga diungkapkan Ma’an, warga Desa Banjarsari, Kec. Sumberasih, Kab. Probolinggo. ”Di desa saya memang ada penjual minyak keliling, harga 1 liter Rp 8.000 dan yang 1,5 liter Rp 12.000,” ujarnya.
Penjual mitan keliling itu mengemas dagangannya dalam botol air minum bekas, ukura 1 liter dan 1,5 liter. ”Kalau di toko pengecer di Banjarsari, 1,5 minyak dijual Rp 13.000,” ujar tukang becak itu.
Harga mitan non subsidi di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Probolinggo dipatok Rp 9.500 per liter. Mitan yang dikemas dalam jeriken plastik itu dipampang di antara minyak pelumas (oli) di stan SPBU seperti tampak di SPBU Kec. Leces, Kab. Probolinggo.
Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian, Perdagangan (Koperindag) Kota Probolinggo, Edy Soetrisno mengatakan, mahalnya mitan non subsidi memang wajar. ”Soalnya mitan non subsidi harganya disesuaikan dengan minyak dunia,” ujarnya.
Karena mitan non subsidi mahal, melalui program konversi, warga disarankan menggunakan elpiji. ”Elpiji bersubsidi 3 kilogram Rp 13.000 bisa untuk 7-10 hari, sementara 1 liter mitan seharga Rp 9-10 ribu hanya cukup sehari,” ujarnya.
Edy menambahkan, sejak dua bulan lalu jatah mitan bersubsidi dikurangi sebanyak 3 tangki per hari,--setiap tangki berisi 5.000 liter. ”Kalau jatah mitan non subsidi disesuaikan dengan kebutuhan,” ujarnya.
Meski harga mitan non subsidi sesuai hukum pasar, Edy meminta agen, pangkalan, hingga pengecer tidak memainkan harga. ”Ya jangan seenaknya mematok harga, kasihan warga yang masih menggunakan mitan non subsidi,” ujarnya.
Di Kota Probolinggo sendiri, kata Edy, terdapat 5 agen mitan. Mereka menyalurkan mitannya kepada 263 pangkalan penjualan mitan. (isa, surabaya post)

Atasi Lahar Dingin Bromo Sungai-Sungai di Probolinggo Dikeruk




Gunung Bromo (Foto: Koran SI)
PROBOLINGGO- Hujan yang mengguyur wilayah Probolinggo, Jawa Timur dikhawatirkan akan menimbulkan banjir lahar dingin dari Gunung Bromo. Agar tidak menimbulkan dampak luas, pemerintah setempat mulai mengeruk sejumlah sungai di Probolinggo.

Salah satunya Sungai Pesisir di Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo. Ini dilakukan karena kedalaman sungai tersebut sudah semakin dangkal akibat tumpukan material vulkanik Gunung Bromo.

Setidaknya ada 15 orang dan sejumlah alat berat dikerahkan untuk mengeruknya. Kades Pesisir, Muhamad Lutfi, mengatakan pengerukan dilakukan sepanjang 1.500 meter dengan kedalaman mencapai 2 meter.

Lutfi berharap, pengerukan ini dapat mengantisipasi datangnya lahar dingin susulan yang kerap terjadi saat hujan mengguyur wilayah tersebut.

Selama ini akibat sungai pesisir dangkal, karena dalam sebulan sudah terjadi 4 kali lahar dingin yang merusak puluhan hektare tanaman padi dan jagung. Selain itu, belasan hektare tambak udang dan bandeng ikut rusak.

Warga mengaku tidak bisa membenahi lahan tambak dan pertanian yang rusak, karena sungai dangkal dan sering kali terjadi lahar dingin.
(Hana Purwadi/RCTI/kem)

Lapas Probolinggo Diduga Jadi Tempat Transaksi Narkoba

Ilustrasi (Ist)

Ilustrasi (Ist)
PROBOLINGGO - Kasus peredaran narkoba di lembaga pemasyarakatan kembali terjadi. Polisi menemukan bong dan alumunium foil di sebuah sel di Lapas Probolinggo, Jawa Timur, saat menggelar razia.

Sekira 70 personel dari unsur Intelkam, Reskrim, dan Sabhara Polres Kota Probolinggo, merazia lembaga pemasyarakatan yang berlokasi di Jalan Trunojoyo, Kecamatan Mayangan itu pada Senin malam. Razia ini selain bertepatan dengan Operasi Sakauw di Lapas Probolinggo.

Diduga kuat sel di Blok B1 Lapas Kelas 2 B Probolinggo tersebut dijadikan tempat transaksi sabu-sabu, meski polisi tidak menemukan sabu melainkan hanya alat untuk mengonsumsi saja beserta pil koplo.

Blok tersebut memang dikhususkan bagi para narapidana kasus narkoba.

Polisi juga mendapati sejumlah kartu sim telepon seluler yang diduga dijadikan komunikasi untuk bertransaksi narkoba.

“Alat komunikasi tidak diizinkan masuk ke sel,” tegas Kalapas Kelas 2 B Probolinggo, Samsul Hidayat, Senin (21/3/2011).

Selanjutnya barang bukti dikirim ke laborarium Polda Jatim untuk memastikan apakah barang-barang tersebut memang digunakan sebagai alat hisap barang haram.

(Hana Purwadi/RCTI/ton)

Material Vulkanik Gunung Bromo Mulai Menipis




TEMPO/ DAVID PRIYASIDHARTA
TEMPO Interaktif, PROBOLINGGO - Material vulkanik yang dimuntahkan Gunung Bromo mulai menipis, meski erupsi gunung dengan ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut itu hingga Senin siang ini (21/3), masih terus terjadi.

Kian menipisnya semburan material vulkanik bisa disaksikan Tempo saat melakukan pengamatan dari lautan pasir. Material berupa abu yang mengepul keluar menyertai letusan Gunung Bromo. Suara bergemuruh dari dalam kawah masih terus terdengar menjelang letusan asap.

Sesekali material berupa asap berwarna kelabu kecoklatan terlihat agak tebal.
Tempo yang melakukan pemantauan sejak pagi tadi menyaksikan asap kelabu pekat kecoklatan yang beberapa waktu sebelumnya terus terjadi, kini tidak lagi mewarnai semburan.

Sementara itu, data Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Gunung Bromo menunjukkan, antara pukul 00.00 WIB hingga 06.00 WIB, terjadi 11 kali letusan minor dengan amplitudo maximum (amax) 33 milimeter hingga 40 milimeter selama 22 detik hingga 115 detik. Sedangkan amplitudo tremor antara 2 milimeter hingga 25 milimeter.

Data sari pos pengamatan yang terletak di di Dusun Cemoro Lawang, Desa Ngadisari Kecamatan, Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, menyebutkan sejak empat hari terakhir jumlah letusan per harinya masih tergolong masih tinggi dengan jumlah relatif stabil.

Pada Kamis lalu (17/3), letusan tercatat sebanyak 53 kali. Jumlah yang sama terjadi pada Jum’at (18/3). Sehari kemudian, Sabtu (19/3), terjadi peningkatan menjadi 60 letusan. Namun menurun lagi menjadi 52 kali letusan pada Minggu kemarin (20/3).
Hingga berita ini ditulis, petugas PGA Gunung Bromo masih merekap jumlah letusan antara pukul 06.00 WIB hingga 12.00 WIB pada Senin ini.

Kepala Pos PGA Gunung Bromo Mochamad Syafii mengatakan, mulai menipisnya material vulkanik yang dimuntahkan Gunung Bromo, bukan jaminan aktivitas gunung api tersebut mulai menurun. Apalagi letusan yang terjadi setiap harinya masih tinggi.


“Itu berarti masih ada energi yang besar dari dalam kawah Bromo,” katanya kepada Tempo. Status Gunung Bromo hingga saat ini juga masih tetap pada level siaga dengan rekomendasi dua kilometer dari pusat letusan harus steril dari aktivitas manusia. DAVID PRIYASIDHARTA.

19 Mar 2011

Bromo Meletus, Budidaya Gandum Ditunda



Seorang penduduk desa menggendong anaknya dekat gunung Bromo yang mengeluarkan material vulkanik di desa Cemara Lawang, Jawa Timur (11/3). AP/Trisnadi

TEMPO Interaktif, Surabaya - Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur menunda jadwal budidaya tanaman gandum disejumlah daerah pegunungan di Jatim. "Seharusnya budidaya gandum dimulai awal tahun ini," kata Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Jatim, Achmad Nurfalakhi, Jumat (18/3). 
Ia mengatakan rencananya gandum akan dibudidayakan di dataran setinggi seribu meter diatas permukaan air laut di ekitar kawasan Gunung Bromo dan Semeru. Meliputi Kabupaten Lumajang, Pasuruan, Probolinggo dan Malang.

Nurfalakhi mengatakan budidaya gandum di dataran tinggi tersebut tertunda karena status kedua gunung tersebut terus bergejolak. "Akan dilakukan setelah status kedua gunung kembali normal," ujar dia.

Lebih lanjut ia mengatakan berbagai persiapan serta lahan juga telah disediakan yaitu seluas dua ribu hektar. Di ana satu hektarnya ditargetkan bisa memproduksi 2,5 ton gandum atau total mencapai lima ribu ton per tahun.

"Kalau status gunungnya sudah stabil dan memungkinkan, kami segera memulai budidaya gandum," ujar dia. Gandum ini nantinya ditanam sebagai selingan di lahan hortikultura.

Menurutnya selama ini budidaya gandum telah dilakukan sejumlah petani di Kabupaten Sumenep, Sampang dan Lamongan. Namun produksinya lanjut dia masing kecil yaitu sebanyak 1,5 ribu ton dari lahan seluas 500 hektar. "Ini sangat kecil dibandingkan kebutuhan yang selama ini dipenuhi lewat impor," imbuhnya.

DINI MAWUNTYAS
luvne.com luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com.com