TEMPO Interaktif, PROBOLINGGO - Material vulkanik yang dimuntahkan Gunung Bromo mulai menipis, meski erupsi gunung dengan ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut itu hingga Senin siang ini (21/3), masih terus terjadi.
Kian menipisnya semburan material vulkanik bisa disaksikan Tempo saat melakukan pengamatan dari lautan pasir. Material berupa abu yang mengepul keluar menyertai letusan Gunung Bromo. Suara bergemuruh dari dalam kawah masih terus terdengar menjelang letusan asap.
Sesekali material berupa asap berwarna kelabu kecoklatan terlihat agak tebal.
Tempo yang melakukan pemantauan sejak pagi tadi menyaksikan asap kelabu pekat kecoklatan yang beberapa waktu sebelumnya terus terjadi, kini tidak lagi mewarnai semburan.
Sementara itu, data Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Gunung Bromo menunjukkan, antara pukul 00.00 WIB hingga 06.00 WIB, terjadi 11 kali letusan minor dengan amplitudo maximum (amax) 33 milimeter hingga 40 milimeter selama 22 detik hingga 115 detik. Sedangkan amplitudo tremor antara 2 milimeter hingga 25 milimeter.
Data sari pos pengamatan yang terletak di di Dusun Cemoro Lawang, Desa Ngadisari Kecamatan, Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, menyebutkan sejak empat hari terakhir jumlah letusan per harinya masih tergolong masih tinggi dengan jumlah relatif stabil.
Pada Kamis lalu (17/3), letusan tercatat sebanyak 53 kali. Jumlah yang sama terjadi pada Jum’at (18/3). Sehari kemudian, Sabtu (19/3), terjadi peningkatan menjadi 60 letusan. Namun menurun lagi menjadi 52 kali letusan pada Minggu kemarin (20/3).
Hingga berita ini ditulis, petugas PGA Gunung Bromo masih merekap jumlah letusan antara pukul 06.00 WIB hingga 12.00 WIB pada Senin ini.
Kepala Pos PGA Gunung Bromo Mochamad Syafii mengatakan, mulai menipisnya material vulkanik yang dimuntahkan Gunung Bromo, bukan jaminan aktivitas gunung api tersebut mulai menurun. Apalagi letusan yang terjadi setiap harinya masih tinggi.
“Itu berarti masih ada energi yang besar dari dalam kawah Bromo,” katanya kepada Tempo. Status Gunung Bromo hingga saat ini juga masih tetap pada level siaga dengan rekomendasi dua kilometer dari pusat letusan harus steril dari aktivitas manusia. DAVID PRIYASIDHARTA.
0 komentar:
Posting Komentar